Tragedi Kanjuruhan Terbesar Kedua di Dunia Dalam Sejarah Sepak Bola, 130 Tewas

Reporter : kaltengdaily
Editor : kaltengdaily
Minggu, 2 Oktober 2022 13:41WIB
Tragedi Kanjaruhan

Kerusuhan yang terjadi usai Laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Kanjuruhan menjadi tragedi terbesar kedua dalam sejarah sepakbola dunia. Korban tewas akibat tragedi tersebut dilaporkan mencapai 130 orang.

“Telah meninggal 130 orang, dua di antaranya anggota Polri,” ujar Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, kepada wartawan di Polres Malang, Minggu (2/10/2022).

Korban tewas akibat kerusuhan tersebut dikabarkan terus bertambah. Beberapa kicauan di media sosial bahkan disebutkan jumlah korban yang meninggal sebanyak 153 orang. Namun, jumlah korban jiwa sebanyak 127 orang telah menempatkan tragedi di Kanjuruhan dalam urutan kedua sepanjang sejarah sepakbola dunia.

Tragedi terbesar dikabarkan terjadi di Peru pada 24 Mei 1964. Saat itu, Estadion Nacional menggelar babak kualifikasi kedua Olimpiade Tokyo antara Peru vs Argentina.

Kerusuhan mulai terjadi usai wasit menganulir gol dari Timnas Peru. Seorang suporter kemudian menerobos masuk ke lapangan dan memukul wasit.

Polisi yang berada di lokasi kejadian lalu mengamankan dan menghajar pria itu secara brutal. Akibatnya, kerumunan suporter pun kemudian tak terhindarkan.

Kerusuhan menjadi semakin parah dan menyebabkan 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal. Bahkan disebutkan kemungkinan jumlah korban tewas dalam peristiwa tersebut lebih banyak.

Sebelum tragedi di Kanjuruhan, tragedi terbesar kedua terjadi di Afrika. Insiden itu terjadi pada 9 Mei 2001 di Stadion Accra Sports, Kinbu Road, Accra, Ghana.

Saat itu tengah berlangsung pertandingan derby antara tuan rumah Hearts of Oak dengan sesama klub dari Accra, Asante Kotoko. Tim tamu unggul 1-0 mendekati akhir pertandingan, namun tuan rumah mencetak dua gol untuk berbalik unggul pada laga tersebut.

Menjelang pertandingan usai, tepatnya di lima menit terakhir, para pendukung Asante Kotoko mulai menjebol kursi dari tribune dan langsung melemparkannya ke lapangan karena merasa frustasi. Polisi pun menembakkan gas air mata ke arah kerumunan yang menyebabkan kepanikan.

Kondisi saat itu diperparah karena gerbang stadion terkunci dan mengakibatkan para penonton tidak dapat keluar dari stadion. Dikabarkan sebanyak 126 korban tewas akibat kekurangan oksigen.

Atas kejadian tersebut, enam polisi didakwa atas pembunuhan. Anak-anak dari para korban kemudian diberikan beasiswa khusus oleh Pemerintah Ghana. ***

Kategori Terkait

Author Post

Terpopuler

iklan02
iklan02

Pilihan

Terkini

EKONOMI BISNIS

40 Gugatan Pilkada Lanjut Sidang Pembuktian di MK, Berikut Daftarnya

Mahkamah Konstitusi (MK) telah membacakan putusan dismissal perselisihan hasil pilkada (PHP) 2024. Sebanyak 40 perkara…