Kisah Bagian (1)
Dalam perjalanan panjang musik Indonesia, hanya ada satu orang, yang sejak dulu medio 60-an sampai hari ini, menyandang gelar ratu. Belum ada tanda-tanda menurunkan diri, pun digantikan oleh masyarakat.
Perempuan itu adalah Else Sukaesih alias Elvy Sukaesih. Sang Ratu Dangdut yang abadi, sejak kemunculannya pertama kali di sekitar 1964, di usia 12-13 tahun. Di atas panggung yang dirinya sendiri tak sampai untuk meraih mikrofon hingga harus dibantu oleh tumpukan hardcase para pemain terompet dan saksofon.
Elvy Sukaesih melengkapi cerita-cerita yang sudah ada dari sejarah panjang bermusiknya. Tidak ada catatan pasti dari jumlah karya-karyanya, bahkan si biduannya sendiri pun tidak tahu.
Dari penelusuran dari berbagai sumber di internet, ada yang mencatat bahwa Elvy Sukaesih terlibat di 28 album bersama sejumlah orkes melayu, di antaranya yang populer adalah O.M. Purnama, O.M. Chandraleka, O.M. Chandralela. Dia juga bernyanyi berduet dengan rekannya tercinta, Rhoma Irama dan Soneta dalam 20 album. Hengkang dari Soneta, Elvy merilis 48 album solo.
Jika tiap album dihuni 10 lagu, sekurang-kurangnya penyanyi asal Jawa Barat itu sudah menyanyikan 960 lagu. Ada yang bilang, koleksi lagunya sudah menyentuh 1.500 sampai 2.000. Tidak ada data pasti, selain memang Elvy adalah penyanyi sejati.
Di kediamannya di daerah Cawang, Jakarta Timur, mengobrol panjang. Mulai dari gelar ratu, hubungannya dengan Rhoma Irama sampai kesetiaan cintanya terhadap mendiang suami yang telah berpulang dua dekade silam.
Tapi, ada satu hal yang sama sekali tidak bisa digambarkan dalam tulisan ini. Elvy yang kerap kali bersenandung lagu-lagu miliknya, juga lagu India jika ceritanya dirasa pas. Jadilah sepanjang wawancara seperti mendengarkan radio masa lalu yang memutar banyak lagu-lagu Melayu. Aduhai rasanya.
Perihal gelar bangsawan yang melekat kepadanya. Secara singkat dia bercerita bahwa Ratu Dangdut disematkan kepadanya oleh masyarakat, usai dirinya tak lagi tergabung dengan Soneta.
“(Gelar) ratu itu setelah solo karier. Setelah lepas dari Bang Haji (panggilan untuk Rhoma Irama). Akhirnya orang memasang-masangkan, Raja dan Ratu Dangdut. Padahal saat itu ada rekan duet juga yang lain, kayak Muchsin Alatas, dan lain-lain,” ujarnya.
Soal pemberian gelar ratu tidak semenarik bagaimana masa depan gelar ini nanti. Apakah kemudian pelantun Pecah Seribu itu akan terus menyandangnya dalam keabadian, ataukah ada dari silsilah keluarga yang diwariskan gelar tersebut? Atau mungkin penyanyi dangdut lainnya yang memang pantas?
“Gini, sekarang kita bayangin aja Bang Benyamin Sueb, legenda, begitu dia meninggal, namanya tetep tidak tergantikan, anaknya berusaha untuk menjadi dia, nggak bisa. Urip Arphan (aktor) niru dia, nggak bisa. Bukan mau sok-sokan dan takabur, tapi Alhamdulillah di antara penyanyi pop, rock dan lainnya, aku bisa dan masih bisa membuktikkan bahwa aku bernyanyi dengan benar. Aku bernyanyi dengan rasa,” jawab Elvy bijaksana. ***